Pendekatan PLS dikembangkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dan
statistika bernama Herman Ole Andreas Wold. Professor Herman Wold lahir pada
tanggal 25 Desember tahun 1908 di Skien Norwegia. Pada tahun 1912 orang tuanya
bermigrasi ke Swedia dan Ia mengecam pendidikan dasar di sana dan kemudian
menjadi mahasiswa di University of Stockholm. Ia memperoleh gelar
doctoral pada tahun 1938 dengan disertasinya yang berjudul “A Study in the Analysis of Stationary Time
Series”. Wold kemudian pindah ke Uppsala,
dan mengerjakan statistik analisis permintaan untuk pemerintah Swedia yang
melahirkan sebuah buku dengan judul “Demand
Analysis: a Study in Econometrics”.
Bukunya ini tidak dipublikasikan karena pada saat itu terjadi perang dunia dua
di Eropa, dan posisi Swedia saat itu adalah netral. Sebelum memulai
mengembangkan metode PLS, Wold juga memberikan beberapa kontribusi yang penting
bagi pengembangan teori. Setelah
beberapa tahun, Wold menjadi Professor statistik pertama dari Uppsala
University pada tahun 1942. Wold kemudian menikah dengan Anna-Lisa Arrhenius
dan mempunyai tiga orang anak yaitu Svante, Maria dan Agnes. Ketiga anaknya ini
juga menjadi ilmuwan.
Pada tahun 1960, Wold mulai mengembangkan metoda estimasi untuk sistem
persaman simultan dengan menggunakan metode least squares. Wold kemudian
melakukan studi perbedaan teknik estimasi menggunakan prosedur iterative dan Ia
mengembangkan sebuah metoda khusus yang diberi nama “Fixed-Point Algorithm” atau
disebut juga dengan algorithm NILES (nonlinear iterative least squares). Metoda
ini menggunakan iterasi Ordinary Least Squares (OLS) untuk mengestimasi
koefisien dari sistem persamaan simultan. Pada tahun 1964, Wold memperkenalkan
metoda Fixed-Point dalam suatu konfrensi yang diselenggarakan di University of
North Carolina. Sesudah itu Wold memodifikasi algorithm ini untuk menghitung
principal component dan di perkenalkan pada tahun 1966. Algortihm ini juga
diaplikasikan untuk menghitung Hotelling canonical correlations. Hal ini
sejalan dengan yang dinyatakan Chin (1998, p.297) di bawah ini
“The PLS approach has its origins back in 1966 when Herman
Wold presented two iterative procedures using least squares (LS) estimation for
single and multicomponent models and for canonical correlation”
Memasuki tahun 1967, Karl Joreskog mencoba mengembangkan analisis covariance
untuk menguji hubungan kausalitas. Dan pada tahun 1970, bertepatan
dengan suatu konfrensi yang diselenggarakan Duncan dan Goldberger di Madison
Wiscosin, Joreskog kemudian memperkenalkan teknik analisis covariance dengan menggunakan metoda estimasi Maximum Likelihood
(ML) yang berusaha meminimumkan perbedaan antara sample covariance dengan prediksi dari model teoritis yang dibangun
dan melahirkan ide model persamaan struktural (structutal equation modeling). Teknik analisis ini kemudian
diperkenalkan kepada Professor Claes Fornell di University of Michigan beserta teman-temannya seperti
Professor Fred L. Bookstein, Professor Richard Bagozzi dan sebagainya. Fornell
(1982) kemudian menyebut teknik analisis ini sebagai generasi kedua dari
analisis multivariate (second generation multivariate
technique) dan digunakan untuk pertama kali dalam bidang marketing.
Pada dasarnya Wold tidak setuju
dengan pendekatan hard modeling yang
dikembangkan oleh Joreskog untuk path
modeling dengan variabel laten. Pendekatan Joreskog menuntut dasar teori
yang kuat, data harus memenuhi asumsi distribusi tertentu dan jumlah sampel untuk
estimasi parameter haruslah besar. Melihat hal
tersebut, pada tahun 1974 Wold memperkenalkan PLS secara umum dengan
menggunakan algorithm NIPALS (nonlinear iterative partial least
squares) yang merupakan perkembangan dari algorithm sebelumnya yaitu NILES. NIPALS berfokus
untuk maximize variabel eksogen (X) untuk menjelaskan variance variabel endogen
(Y) dan menjadimetoda alternatif untuk OLS regresi. Menurut
Wold dibandingkan dengan pendekatan lain dan khususnya metoda estimasi Maximum
Likelihood, NIPALS lebih umum oleh karena bekerja dengan sejumlah kecil asumsi zero intercorrelation antara residual
dan variabel. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan Fornell dan
Bookstein (1982, p.440) serta Rigdon (1998, p.278) bahwa PLS menghindarkan dua
masalah serius yang ditimbulkan oleh SEM berbasis covariance yaitu improper solutions dan factor indeterminacy. Algorithm NIPALS
kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh De Jong (1993) dengan sebutan SIMPLS
dan mempunyai hasil estimasi yang sama dengan NIPALS.
Partial Least Squares merupakan metoda analisis yang powerfull dan sering
disebut juga sebagai soft modeling karena
meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary
Least Squares) regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara
multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen
(Wold 1985). Pada dasarnya Wold mengembangkan PLS untuk menguji teori yang
lemah dan data yang lemah seperti jumlah sampel yang kecil atau adanya masalah
normalitas data (Wold 1982). Walaupun PLS digunakan untuk menjelaskan ada
tidaknya hubungan antar variabel laten (prediction),
PLS dapat juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori (Chin dan Newsted 1999).
Sebagai teknik prediksi, PLS mengasumsikan bahwa semua ukuran varian adalah
varian yang berguna untuk dijelaskan sehingga pendekatan estimasi variabel laten
dianggap sebagai kombinasi linear dari indikator dan menghindarkan masalah factor indeterminacy.
Karena PLS menggunakan iterasi
algorithm yang terdiri dari seri OLS (Ordinary
Least Squares) maka persoalan
identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive (model yang mempunyai satu arah kausalitas) dan
menghindarkan masalah untuk model yang bersifat non-recursive (model yang bersifat timbal-balik atau reciprocal antar variabel) yang dapat
diselesaikan oleh SEM berbasis covariance. Sebagai alternatif analisis covariance based SEM, pendekatan variance based dengan PLS mengubah
orientasi analisis dari menguji model kausalitas (model yang dikembangkan
berdasarkan teori) ke model prediksi komponen (Chin dan Newsted 1999). CB-SEM
lebih berfokus pada building models yang
dimaksudkan untuk menjelaskan covariances
dari semua indikator konstruk, sedangkan tujuan dari PLS adalah prediksi.
Oleh karena PLS lebih menitikberatkan pada data dan dengan prosedur estimasi
yang terbatas, persoalan misspecification
model tidak terlalu berpengaruh terhadap estimasi parameter.
Model dasar PLS diselesaikan Wold pada tahun 1979. Wold kemudian menyebut ini sebagai “the basic design” (Wold 1982). PLS kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Jan-Bernd Lohmoller (1984) dalam bentuk Latent Variable Partial Least Squares (LVPLS) dan merupakan software pertama untuk PLS. LVPLS mulai digunakan secara luas pada tahun 1989 pada berbagai riset empiris. Namun sayangnya LVPLS hanya mampu berjalan pada sistem under DOS. Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 16 February Herman Wold meninggal dunia di Uppsala Swedia, kemudian promosi PLS dilanjutkan oleh anakanya yaitu Svante Wold dan digunakan sampai sekarang dalam bidang chemometrics. Svante Wold kemudian memodifikasi algorithm PLS menjadi regularized component based regression atau dikenal juga dengan nama PLS Regression (PLS-R). PLS kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Wynne W. Chin (1998) dalam bentuk PLS-Graph, Yuan Li (2003) dalam bentuk PLS-GUI, Christian M. Ringle, Sven Wende, dan Alexander Will (2005) dalam bentuk SmartPLS, Jen Ruei Fu (2006) dalam bentuk VisualPLS (VPLS), Test dan Go (2006) dalam bentuk SPAD-PLS, Addnisoft (2007) dalam bentuk XLSTAT-PLS, serta Ned Kock (2010) dalam bentuk WarpPLS yang mampu berjalan pada sistem windows dengan graphical user interface (GUI). Sumber: Latan, H., dan Ghozali, I. 2012. Partial Least Squares: Konsep dan Aplikasi Path Modeling dengan XLSTAT-PLS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Model dasar PLS diselesaikan Wold pada tahun 1979. Wold kemudian menyebut ini sebagai “the basic design” (Wold 1982). PLS kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Jan-Bernd Lohmoller (1984) dalam bentuk Latent Variable Partial Least Squares (LVPLS) dan merupakan software pertama untuk PLS. LVPLS mulai digunakan secara luas pada tahun 1989 pada berbagai riset empiris. Namun sayangnya LVPLS hanya mampu berjalan pada sistem under DOS. Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 16 February Herman Wold meninggal dunia di Uppsala Swedia, kemudian promosi PLS dilanjutkan oleh anakanya yaitu Svante Wold dan digunakan sampai sekarang dalam bidang chemometrics. Svante Wold kemudian memodifikasi algorithm PLS menjadi regularized component based regression atau dikenal juga dengan nama PLS Regression (PLS-R). PLS kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Wynne W. Chin (1998) dalam bentuk PLS-Graph, Yuan Li (2003) dalam bentuk PLS-GUI, Christian M. Ringle, Sven Wende, dan Alexander Will (2005) dalam bentuk SmartPLS, Jen Ruei Fu (2006) dalam bentuk VisualPLS (VPLS), Test dan Go (2006) dalam bentuk SPAD-PLS, Addnisoft (2007) dalam bentuk XLSTAT-PLS, serta Ned Kock (2010) dalam bentuk WarpPLS yang mampu berjalan pada sistem windows dengan graphical user interface (GUI). Sumber: Latan, H., dan Ghozali, I. 2012. Partial Least Squares: Konsep dan Aplikasi Path Modeling dengan XLSTAT-PLS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar